SEBAGAI
DASAR PEMBENTUKAN AKHLAQ
I.
Latar Belakang Masalah
Era globalisasi yang ditandai dengan kemudahan dalam setiap lini
kehidupan banyak membawa konsekuensi. Konsekuensi
tersebut adalah dampak positif dan dampak negatif. Di antara dari dampak positif
adalah memperoleh informasi lebih cepat, mendapatkan kemudahan dalam
perjalanan, cepat menguasai tehnologi dan lain-lain. Sedangkan dampak
negatifnya adalah pola hidup masyarakat berubah, munculnya kehidupan yang
konsumeris dan biaya hidup meningkat.
Di antara dampak tersebut di atas yang banyak membutuhkan pemikiran lebih
lanjut adalah dampak negatif. Karena secara langsung bagi individu yang belum
siap dengan perubahan akan selalu mencoba dan mencoba apa yang telah dia dengar
dan dia lihat, sedangkan sisi lain mereka belum memahami tujuan dari perubahan
tersebut. Yang terjadi segala sesuatu menjadi imitatif dan hal-hal yang berbeda
dari yang dia lihat menjadi sesuatu yang kuno atau ketinggalan tanpa pernah
berfikir bahwa yang ditiru tersebut adalah sebuah kesalahan.
Maka banyak terjadi pergaulan bebas, maraknya narkoba tawuran pelajar dan
lain-lain yang dilakukan oleh generasi muda sekarang sebenarnya meniru budaya
asing yang masuk ke negara kita karena proses globalisasi. Bahkan peristiwa tersebut
hampir setiap hari menjadi kabar utama.
Seharusnya generasi muda adalah generasi cerdas yang berakhlaq mulia
karena generasi ini yang akan memegang masa di kemudian hari. Dapat dibayangkan
bagaimana keadaan sepuluh tahun mendatang bila generasi muda yang ada sekarang
sudah mulai tercemar. Maka berbagai upaya dilakukan oleh berbagai pihak untuk
menyelamatkan keadaan yang demikian.
Salah satunya adalah upaya melalui jalur pendidikan. Kurikulum pendidikan
didesain sedemikian rupa agar menghasilkan output yang siap menghadapi era
globalisasi yang sedang terjadi. Dari kurikulum tersebut mulai dijabarkan dalam
bentuk pembelajaran yang konkrit sehingga peserta didik tidak hanya menjadi
obyek pembelajaran tetapi juga menjadi subjek pembelajaran. Karena pendidikan
akhlaq tidak sekedar teori yang harus dikuasai anak tetapi harus merupakan
pembiasaan yang diterapkan dalam kehidupannya.
Maka lembaga pendidikan madrasah memberi solusi dari kondisi diatas.
Madrasah mulai berbenah untuk mempesiapkan generasi mendatang yang lebih
berakhlaq dan lebih peduli pada lingkungan sekitar.
II.
Pembahasan Masalah
a.
Pengertian Madrasah
Madrasah secara umum adalah sekolah atau lembaga pendidikan. Menurut
sejarahnya madrasah adalah hasil evolusi dari masjid sebagai lembaga pendidikan
dan khan sebagai asramatempat tinggal. Sejarah mencatat bahwa pendidikan islam
pertama dimulai di masjid sehingga tempat tersebut menjadi kawasan yang sangat
ramai dan banyak pemukiman. Perkembangan berikutnya banyak orang mulai
berdatangan untuk menuntut ilmu di masjid sampai pada akhirnya mereka harus
mencari tempat istirahat untuk melepas lelah setelah belajar di masjid maka
muncullah asrama bagi para santri.
Masjid memiliki banyak fungsi saat itu selain sebagai tempat ibadah juga
sebagai lembaga pengajaran, rumah pengadilan, aula pertemuan dan lain-lain. Hal
ini yang memunculkan pemikiran untuk dibukanya tempat khusus yang berfungsi
sebagai lembaga pendidikan maka muncul nama baru yaitu madrasah.
Menilik sejarah yang demikian berarti keberadaan madrasah tidak bisa
dilepaskan dari fungsi masjid, karena madrasah ada merupakan bentuk perluasan
masjid yang dikhususkan bagi pendidikan masyarakat dan masjid merupakan sentral
bagi pendidikan umat. Dengan sendirinya pengelolaan madrasah selalu dikembalikan
kepada dasar awal yaitu pembentukan akhlaq umat.
Kembali pada sejarah, pendiri awal dari madrasah adalah Nidzam al Mulk
beliau adalah seorang wazir Dinasti Saljuq sejak456/1064 sampai wafatnya beliau
selalu berusaha untuk mendirikan madrasah.Sedikit bigrafi tentang Nidzam al
Mulk, dia adalah seorang Persi yang berasal dari daerah Thus, juga seorang
pecinta pengetahuan terutama hadits dan perah memimpin halaqoh hadits di Bagdad
dan berbagai kota Khurasan. Di samping itu dia adalah politisi yang berbakat, karirnya
menanjak sejalan dengan menguatnya Dinasti Saljuq.
Beliau menerapkan sistem wakaf yaitu sistem pengelolaan ada pada wakif
atau pemberi tanah. Sehingga madrasah ini lepas dari mekanisme control dari
pemerintahan secara langsung. Hal ini kalau dari Negara Indonesia kita mengenal
keberadaan Madrasah swasta. Dengan adanya sistem ini dijadikan sebagai strategi
politik untuk meluaskan wilayah kekuasaan dengan memperkenalkan pandangan Asyariyah
dan mempelopori pembangunan Madrasah Syafi’iyah di seluruh kawasan Saljuq.
b.
Misi Madrasah dalam
Pembentukan Akhlaq
Madrasah yang kita kenal di Indonesia adalah lembaga pendidikan yang
bercirikan keagamaan. Dalam sejarahnya di Indonesia hampir memiliki banyak
kesamaan dengan sejarah pada masa Islam klasik. Di Indonesia Madrasah sebagian
besar adalah bagian atau pengembangan dari pondok pesantren yang dikhususkan
secara penuh untuk pendidikan formal.
Keberadaan pesantren sendiri secara umum tidak pernah lepas dari
keberadaan Masjid. Di mana masjid menjadi jantung utama dalam kehidupannya.
Maka keberadaan Madrasah dalam perkembangannyapun juga tidak bisa meninggalkan
sejarah masjidnya. Hal ini yang menjadi dasar bagi pelaku dan peneliti
kurikulumdam upaya penyusunan materipendidikan yang sesuai dengan misi dan visi
madrasah secara umum.
Madrasah secara umum memiliki misi yang sama yaitu membentuk generasi
muda yang cerdas dan berakhlaq mulia.dan dalam penterjemahannya atau
aplikasinya diserahkan sepenuhnya kepada pihak pengelola sekolah, sehingga bentuk
konkrit dari pembentukan akhlaq ini bervariasi.
Misi akhlaq mulia ini menjadi misi wajib bagi madrasah karena hal ini
merupakan bentuk nyata dari upaya untuk membenahi kerusakan dan dekadensi moral
yang sedang dihadapi bersama. Karena selain faktor lingkungan, faktor pendidikan
juga dominan dalam pembentukan kepribadian. Sehingga secara umum kurikulum
Madrasah disusun dengan memberi porsi yang cukup dalam sisi keagamaan.
Kurikulum yang dirancang dikembangkan dalam indikator yang lebih bermakna dan
dapat dilaksanakan dalam bentuk pembiasaan yang akan terasa sebagai sebuah
kebiasaan, bukan sebagai bentuk pemaksaan dari sebuah teori kebenaran
III. Manfaat Inovasi
Pendidikan Akhlaq
Salah satu inovasi pendidikan akhlaq tersebut adalah adanya kegiatan pembiasaan
bagi peserta didik. Kegiatan ini memberikan tindakan konkrit kepada siswa bagaimana
berperilaku dan berakhlaq yang baik. Sebagai contoh kegiatan tadarus pagi,
Kegiatan ini merupakan bentuk penanaman langsung kepada anak bagaimana membaca
al Qur’an yang benar, aturan tajwid
aturan bagaimana bersikap yang
baik ketika membaca alqur’an dan dituntun bagaimana bisa merasakan setelah
membaca Alquran. Proses merasakan ini tidak bisa dilakukan dalam waktu satu
kali pertemuan maka dibuat kegiatan pembiasaan yang dilakukan setiap pagi di mana
dengan sendirinya jiwanya selalu merindukan kebiasaan ini bila hal tersebut
tidak dilaksanakan.
Dalam proses ini anak terlibat secara langsung secara total artinya siswa
tidak sekedar mendengarkan teori-teori yang dipaparkan guru tetapi secara
langsung mengalami sendiri, guru hanya bersifat sebagai fasilitator.
Sebagai contoh lain kegiatan pembiasaan bersalaman dengan sesama warga
sekolah. Kegiatan ini merupakan bentuk konkrit dari teori silaturahmi di mana
salah satu indikasinya adalah bersalaman. Dalam kegiatan ini melibatkan secara
langsung proses interaksi dimana aspek emosi harus terlibat. Dalam kegiatan ini
tidak hanya sekedar menempelkan dua tangan tetapi ada aturan yang mesti
dilaksanakan bagaimana sikap siswa
ketika bersalaman dengan seorang guru dengan sesama teman dan bagaimana
bersalaman dengan orang yang belum dikenal atau seorang tamu. Kegiatan seperti
ini bila ditanamkan sejak dini dan setenah dipaksakan maka akan menjadi sebuah
budaya baik yang tanpa terasa dapat mempererat silaturahmi kita kepada sesama
manusia.
Contoh berikutya adalah kegiatan sholat berjamaah. Kegiatan ini merupakan
kegiatan wajib yang harus dilaksanakan karena sholat merupakan hal terpenting
dalam pondasi pendidikan akhlaq. Dalam sholat terdapat banyak hal yang bersifat
pendidikan mulai dari kedisiplinan, kebersamaan dan keadilan. Secara teori anak
sudah dapat menghafal pengertian dan definisi dari keadilan tapi secara
aplikasi mungkin masih terasa abstrak.dalam sholat prinsip keadilan ini di terapkan
misalnya ketika seorang kepala sekolah terlambat mengikuti jamaah sholat tidak
otomatis dia bisa menempati shof paling depan, dia akan mendapatkan tempat
sesuai dengan kedatangannya bisa di shof tengah , pinggir atau bahkan paling
belakang tergantung dari waktu kedatangannya. Disinilah siswa dikenalkan pada
konsep keadilan yang sebenarnya dimana manusia seharusnya mendapatkan bagian
sesuai dengan apa yang dia usahakan
Selain keadilan terdapat nilai ketaatan dalam sholat. Ketaatan dalam
melaksanakan sesuatu merupakan bentuk keseriusan kita, dalam sholat ada seorang
imam atau pemimpin sholat dimana komandonya harus ditaati dan dilaksanakan
Ketika imam memberi isyarat takbir maka jama’ah baru bisa melaksanakan
takbir sebagai wujud ikut dalam jamaah tersebut, bila jamaah tadi mendahului
takbir awalnya imam berarti dia bukan termasuk dalam jama’ah itu.Begitu pula
seorang imam dia tidak bisa seenaknya sendiri melaksanakan tugas sebagai imam
dia harus memperhatikan seperti apa jamaahnya. Disini kita dikenalkan dengan
prinsip tenggang rasa. Ini hanyalah sedikit saja manfaat dari kegiatan
penanaman akhlaq terpuji melalui sholat.
Kegiatan penanaman akhlaq berikutnya adalah berdoa setiap pagi atau
sebelum memulai kegiatan. Berdo’a merupakan langkah awal membuka pikiran
positif, di dalam doa diajarkan bagaimana sikap pasrah dan sikap tawakal. Sikap
ini menjadi dasar awal pembentukan kepribadian, sikap optimis yang ditanamkan
menjadikan pribadi yang dinamis dan selalu berkeinginan untuk maju.
Hal-hal di atas hanyalah contoh dari kegiatan pembiasaan yang dicantumkan
dalam kurikulum dan kebijakan terbaru dalam proses kegiatan belajar mengajar di
lembaga Madrasah. Hal ini harus senantiasa dilakukan karena masalah akhlaq
adalah masalah dasar yang tidak boleh dipandang sebelah mata. Teori pembiasaan
ini lahir dari pemikiran yang panjang melihat kondisi masyarakat yang secara
umum menangkap dan menyerap globalisasi dari sisi negatifnya. Sehingga diambil
kebijakan kegiatan pembiasaan yang dimulai dari lingkungan sekolah.
Meskipun kegiatan ini terasa berat diawal tapi ini harus terus ditanamkan
kepada anak, karena akan berdampak positif bagi pembentukan jiwanya. Hal ini
dapat kita pahami bahwa kegiatan yang diulang secara terus menerus dan
dilaksanakan secara kontinyu akan menjadi bagian dari kehidupannya. Sehingga
akan terasa tidak lengkap kalau tidak melaksanakan kegiatan tersebut.
IV. Penutup
Sebagai penutup penulisan ini sekaligus kesimpulan adalah bahwa pendidikan
akhlaq adalah sesuatu keharusan, karena akhlaq merupakan sendi dasar dalam
bermasyarakat. Sebagai penyaring atau filterisasi terhadap budaya yang masuk ke
negara kita adalah penanaman akhlaq kepada generasi mendatang agar tidak
terjadi perilaku yang menyimpang. Inovasi pendidikan akhlaq dari pengelola
madrasah adalah merupakan wujud nyata dari keseriusan lembaga madrasah untuk
ikut menjaga moralitas bangsa.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Menyingkap Zaman Keemasan
Islam, Hasan As’ari
2.
Madrasah, Sejarah dan
Perkembangannya, Dr. H. Maksum
3.
Kurikukulum Madrasah
Ibtidaiyah 2004, Departemen Agama RI
siapa lagi yang mau ngunggah makalah? #first comment
BalasHapus