Home » » Madrasah Sebagai Dasar Pembentukan Akhlak

Madrasah Sebagai Dasar Pembentukan Akhlak

Written By buguru on Selasa, 02 April 2013 | 05.34


KURIKULUM PENDIDIKAN MADRASAH
SEBAGAI DASAR PEMBENTUKAN AKHLAQ

I.       Latar Belakang Masalah
Era globalisasi yang ditandai dengan kemudahan dalam setiap lini kehidupan  banyak membawa konsekuensi. Konsekuensi tersebut adalah dampak positif dan dampak negatif. Di antara dari dampak positif adalah memperoleh informasi lebih cepat, mendapatkan kemudahan dalam perjalanan, cepat menguasai tehnologi dan lain-lain. Sedangkan dampak negatifnya adalah pola hidup masyarakat berubah, munculnya kehidupan yang konsumeris dan biaya hidup meningkat.
Di antara dampak tersebut di atas yang banyak membutuhkan pemikiran lebih lanjut adalah dampak negatif. Karena secara langsung bagi individu yang belum siap dengan perubahan akan selalu mencoba dan mencoba apa yang telah dia dengar dan dia lihat, sedangkan sisi lain mereka belum memahami tujuan dari perubahan tersebut. Yang terjadi segala sesuatu menjadi imitatif dan hal-hal yang berbeda dari yang dia lihat menjadi sesuatu yang kuno atau ketinggalan tanpa pernah berfikir bahwa yang ditiru tersebut adalah sebuah kesalahan.
Maka banyak terjadi pergaulan bebas, maraknya narkoba tawuran pelajar dan lain-lain yang dilakukan oleh generasi muda sekarang sebenarnya meniru budaya asing yang masuk ke negara kita karena proses globalisasi. Bahkan peristiwa tersebut hampir setiap hari menjadi kabar utama.
Seharusnya generasi muda adalah generasi cerdas yang berakhlaq mulia karena generasi ini yang akan memegang masa di kemudian hari. Dapat dibayangkan bagaimana keadaan sepuluh tahun mendatang bila generasi muda yang ada sekarang sudah mulai tercemar. Maka berbagai upaya dilakukan oleh berbagai pihak untuk menyelamatkan keadaan yang demikian.
Salah satunya adalah upaya melalui jalur pendidikan. Kurikulum pendidikan didesain sedemikian rupa agar menghasilkan output yang siap menghadapi era globalisasi yang sedang terjadi. Dari kurikulum tersebut mulai dijabarkan dalam bentuk pembelajaran yang konkrit sehingga peserta didik tidak hanya menjadi obyek pembelajaran tetapi juga menjadi subjek pembelajaran. Karena pendidikan akhlaq tidak sekedar teori yang harus dikuasai anak tetapi harus merupakan pembiasaan yang diterapkan dalam kehidupannya.
Maka lembaga pendidikan madrasah memberi solusi dari kondisi diatas. Madrasah mulai berbenah untuk mempesiapkan generasi mendatang yang lebih berakhlaq dan lebih peduli pada lingkungan sekitar.
II.    Pembahasan Masalah
a.      Pengertian Madrasah
Madrasah secara umum adalah sekolah atau lembaga pendidikan. Menurut sejarahnya madrasah adalah hasil evolusi dari masjid sebagai lembaga pendidikan dan khan sebagai asramatempat tinggal. Sejarah mencatat bahwa pendidikan islam pertama dimulai di masjid sehingga tempat tersebut menjadi kawasan yang sangat ramai dan banyak pemukiman. Perkembangan berikutnya banyak orang mulai berdatangan untuk menuntut ilmu di masjid sampai pada akhirnya mereka harus mencari tempat istirahat untuk melepas lelah setelah belajar di masjid maka muncullah asrama bagi para santri.
Masjid memiliki banyak fungsi saat itu selain sebagai tempat ibadah juga sebagai lembaga pengajaran, rumah pengadilan, aula pertemuan dan lain-lain. Hal ini yang memunculkan pemikiran untuk dibukanya tempat khusus yang berfungsi sebagai lembaga pendidikan maka muncul nama baru yaitu madrasah.
Menilik sejarah yang demikian berarti keberadaan madrasah tidak bisa dilepaskan dari fungsi masjid, karena madrasah ada merupakan bentuk perluasan masjid yang dikhususkan bagi pendidikan masyarakat dan masjid merupakan sentral bagi pendidikan umat. Dengan sendirinya pengelolaan madrasah selalu dikembalikan kepada dasar awal yaitu pembentukan akhlaq umat.
Kembali pada sejarah, pendiri awal dari madrasah adalah Nidzam al Mulk beliau adalah seorang wazir Dinasti Saljuq sejak456/1064 sampai wafatnya beliau selalu berusaha untuk mendirikan madrasah.Sedikit bigrafi tentang Nidzam al Mulk, dia adalah seorang Persi yang berasal dari daerah Thus, juga seorang pecinta pengetahuan terutama hadits dan perah memimpin halaqoh hadits di Bagdad dan berbagai kota Khurasan. Di samping itu dia adalah politisi yang berbakat, karirnya menanjak sejalan dengan menguatnya Dinasti Saljuq.
Beliau menerapkan sistem wakaf yaitu sistem pengelolaan ada pada wakif atau pemberi tanah. Sehingga madrasah ini lepas dari mekanisme control dari pemerintahan secara langsung. Hal ini kalau dari Negara Indonesia kita mengenal keberadaan Madrasah swasta. Dengan adanya sistem ini dijadikan sebagai strategi politik untuk meluaskan wilayah kekuasaan dengan memperkenalkan pandangan Asyariyah dan mempelopori pembangunan Madrasah Syafi’iyah di seluruh kawasan Saljuq.
b.      Misi Madrasah dalam Pembentukan Akhlaq
Madrasah yang kita kenal di Indonesia adalah lembaga pendidikan yang bercirikan keagamaan. Dalam sejarahnya di Indonesia hampir memiliki banyak kesamaan dengan sejarah pada masa Islam klasik. Di Indonesia Madrasah sebagian besar adalah bagian atau pengembangan dari pondok pesantren yang dikhususkan secara penuh untuk pendidikan formal.
Keberadaan pesantren sendiri secara umum tidak pernah lepas dari keberadaan Masjid. Di mana masjid menjadi jantung utama dalam kehidupannya. Maka keberadaan Madrasah dalam perkembangannyapun juga tidak bisa meninggalkan sejarah masjidnya. Hal ini yang menjadi dasar bagi pelaku dan peneliti kurikulumdam upaya penyusunan materipendidikan yang sesuai dengan misi dan visi madrasah secara umum.
Madrasah secara umum memiliki misi yang sama yaitu membentuk generasi muda yang cerdas dan berakhlaq mulia.dan dalam penterjemahannya atau aplikasinya diserahkan sepenuhnya kepada pihak pengelola sekolah, sehingga bentuk konkrit dari pembentukan akhlaq ini bervariasi.
Misi akhlaq mulia ini menjadi misi wajib bagi madrasah karena hal ini merupakan bentuk nyata dari upaya untuk membenahi kerusakan dan dekadensi moral yang sedang dihadapi bersama. Karena selain faktor lingkungan, faktor pendidikan juga dominan dalam pembentukan kepribadian. Sehingga secara umum kurikulum Madrasah disusun dengan memberi porsi yang cukup dalam sisi keagamaan. Kurikulum yang dirancang dikembangkan dalam indikator yang lebih bermakna dan dapat dilaksanakan dalam bentuk pembiasaan yang akan terasa sebagai sebuah kebiasaan, bukan sebagai bentuk pemaksaan dari sebuah teori kebenaran
III. Manfaat  Inovasi Pendidikan Akhlaq
Salah satu inovasi pendidikan akhlaq tersebut adalah adanya kegiatan pembiasaan bagi peserta didik. Kegiatan ini memberikan tindakan konkrit kepada siswa bagaimana berperilaku dan berakhlaq yang baik. Sebagai contoh kegiatan tadarus pagi, Kegiatan ini merupakan bentuk penanaman langsung kepada anak bagaimana membaca al Qur’an yang benar, aturan tajwid  aturan  bagaimana bersikap yang baik ketika membaca alqur’an  dan  dituntun bagaimana bisa merasakan setelah membaca Alquran. Proses merasakan ini tidak bisa dilakukan dalam waktu satu kali pertemuan maka dibuat kegiatan pembiasaan yang dilakukan setiap pagi di mana dengan sendirinya jiwanya selalu merindukan kebiasaan ini bila hal tersebut tidak dilaksanakan.
Dalam proses ini anak terlibat secara langsung secara total artinya siswa tidak sekedar mendengarkan teori-teori yang dipaparkan guru tetapi secara langsung mengalami sendiri, guru hanya bersifat sebagai fasilitator.
Sebagai contoh lain kegiatan pembiasaan bersalaman dengan sesama warga sekolah. Kegiatan ini merupakan bentuk konkrit dari teori silaturahmi di mana salah satu indikasinya adalah bersalaman. Dalam kegiatan ini melibatkan secara langsung proses interaksi dimana aspek emosi harus terlibat. Dalam kegiatan ini tidak hanya sekedar menempelkan dua tangan tetapi ada aturan yang mesti dilaksanakan bagaimana  sikap siswa ketika bersalaman dengan seorang guru dengan sesama teman dan bagaimana bersalaman dengan orang yang belum dikenal atau seorang tamu. Kegiatan seperti ini bila ditanamkan sejak dini dan setenah dipaksakan maka akan menjadi sebuah budaya baik yang tanpa terasa dapat mempererat silaturahmi kita kepada sesama manusia.
Contoh berikutya adalah kegiatan sholat berjamaah. Kegiatan ini merupakan kegiatan wajib yang harus dilaksanakan karena sholat merupakan hal terpenting dalam pondasi pendidikan akhlaq. Dalam sholat terdapat banyak hal yang bersifat pendidikan mulai dari kedisiplinan, kebersamaan dan keadilan. Secara teori anak sudah dapat menghafal pengertian dan definisi dari keadilan tapi secara aplikasi mungkin masih terasa abstrak.dalam sholat prinsip keadilan ini di terapkan misalnya ketika seorang kepala sekolah terlambat mengikuti jamaah sholat tidak otomatis dia bisa menempati shof paling depan, dia akan mendapatkan tempat sesuai dengan kedatangannya bisa di shof tengah , pinggir atau bahkan paling belakang tergantung dari waktu kedatangannya. Disinilah siswa dikenalkan pada konsep keadilan yang sebenarnya dimana manusia seharusnya mendapatkan bagian sesuai dengan apa yang dia usahakan
Selain keadilan terdapat nilai ketaatan dalam sholat. Ketaatan dalam melaksanakan sesuatu merupakan bentuk keseriusan kita, dalam sholat ada seorang imam atau pemimpin sholat dimana komandonya harus ditaati dan dilaksanakan
Ketika imam memberi isyarat takbir maka jama’ah baru bisa melaksanakan takbir sebagai wujud ikut dalam jamaah tersebut, bila jamaah tadi mendahului takbir awalnya imam berarti dia bukan termasuk dalam jama’ah itu.Begitu pula seorang imam dia tidak bisa seenaknya sendiri melaksanakan tugas sebagai imam dia harus memperhatikan seperti apa jamaahnya. Disini kita dikenalkan dengan prinsip tenggang rasa. Ini hanyalah sedikit saja manfaat dari kegiatan penanaman akhlaq terpuji melalui sholat.
Kegiatan penanaman akhlaq berikutnya adalah berdoa setiap pagi atau sebelum memulai kegiatan. Berdo’a merupakan langkah awal membuka pikiran positif, di dalam doa diajarkan bagaimana sikap pasrah dan sikap tawakal. Sikap ini menjadi dasar awal pembentukan kepribadian, sikap optimis yang ditanamkan menjadikan pribadi yang dinamis dan selalu berkeinginan untuk maju.
Hal-hal di atas hanyalah contoh dari kegiatan pembiasaan yang dicantumkan dalam kurikulum dan kebijakan terbaru dalam proses kegiatan belajar mengajar di lembaga Madrasah. Hal ini harus senantiasa dilakukan karena masalah akhlaq adalah masalah dasar yang tidak boleh dipandang sebelah mata. Teori pembiasaan ini lahir dari pemikiran yang panjang melihat kondisi masyarakat yang secara umum menangkap dan menyerap globalisasi dari sisi negatifnya. Sehingga diambil kebijakan kegiatan pembiasaan yang dimulai dari lingkungan sekolah.
Meskipun kegiatan ini terasa berat diawal tapi ini harus terus ditanamkan kepada anak, karena akan berdampak positif bagi pembentukan jiwanya. Hal ini dapat kita pahami bahwa kegiatan yang diulang secara terus menerus dan dilaksanakan secara kontinyu akan menjadi bagian dari kehidupannya. Sehingga akan terasa tidak lengkap kalau tidak melaksanakan kegiatan tersebut.
IV. Penutup
Sebagai penutup penulisan ini sekaligus kesimpulan adalah bahwa pendidikan akhlaq adalah sesuatu keharusan, karena akhlaq merupakan sendi dasar dalam bermasyarakat. Sebagai penyaring atau filterisasi terhadap budaya yang masuk ke negara kita adalah penanaman akhlaq kepada generasi mendatang agar tidak terjadi perilaku yang menyimpang. Inovasi pendidikan akhlaq dari pengelola madrasah adalah merupakan wujud nyata dari keseriusan lembaga madrasah untuk ikut menjaga moralitas bangsa.


DAFTAR PUSTAKA
1.      Menyingkap Zaman Keemasan Islam, Hasan As’ari
2.      Madrasah, Sejarah dan Perkembangannya, Dr. H. Maksum
3.      Kurikukulum Madrasah Ibtidaiyah 2004, Departemen Agama RI


1 komentar:

Select Language

Like us on Facebook
Follow us on Twitter
Recommend us on Google Plus
Subscribe me on RSS